Meutya Hafid, Sedih Ada Karyawan Komdigi Jadi Antek Judol
Aceh, PaFI Indonesia — Menteri Komunikasi dan Digital (Men komdigi) Meutya Hafid meminta maaf sambil terisak sedih karena ada karyawan di kementeriannya yang terlibat praktik judi online (judol).
“Saya juga minta maaf Ibu Bapak bahwa dari kantor kami kemudian ada yang terlibat. Sedihnya luar biasa,” ujar Meutya dalam kunjungannya ke RPTRA Intiland Teduh Semper Barat, Jakarta Utara, Selasa (12/11).
“Karena saya seperti ibunya dari kantor itu. Sama kayak kalau Ibu ada anak-anak yang terlibat pasti sedih,” imbuhnya.
Polda Metro Jaya telah menangkap dan menetapkan 15 orang tersangka yang di antaranya melibatkan karyawan Komdigi. Dari belasan tersangka ini, tiga di antaranya merupakan AK, AJ, dan A yang bertugas mengendalikan operasional ‘kantor satelit’ di Bekasi.
Polisi juga telah menyita sejumlah barang bukti dalam kasus ini. di antaranya handphone, laptop, mobil, bangunan, jam tangan mewah, senjata api, hingga logam mulia.
Selain itu, polisi juga menyita uang tunai Rp73,7 miliar. Rinciannya uang pecahan rupiah Rp35,7 miliar, 2.955.779 SGD atau senilai Rp35 miliar, serta 183.500 USD atau senilai Rp2,8 miliar.
Meutya menyebut kunjungannya kali ini untuk menjangkau rumah tangga dan memberikan edukasi terkait bahaya judol.
Pasalnya, kata dia, alat canggih untuk pemberantasan dan pengawasan masih belum cukup menangani judol.
Edukasi ke rumah tangga ini salah satunya untuk mencegah judol masuk ke anak-anak. Meutya mengatakan kelompok usia di bawah 19 tahun yang terpapar judol sekitar 200 ribu orang, sementara yang berada di bawah usia 10 tahun mencapai sekitar 80 ribu anak.
“Dia pakai akun-akun orang tuanya. Bisa mengakses biasanya lewat games,” tutur Meutya.
“Jadi di bawah 10 tahun yang terpapar jadi online angkanya 80 ribu. Ini yang tidak mungkin kami dari Kementerian jangkau sendiri. Kami harus kerjasama dengan Ibu-Ibu, orang tua, Ibu Bapak di rumah untuk mengawasi anak-anaknya,” lanjutnya.
Kunjungan Meutya ke RPTRA Intiland Teduh Semper Barat menjadi bagian rangkaian listening tour untuk mendengarkan aspirasi masyarakat terkait lingkup kerja Komdigi.
Meutya mengatakan lokasi ini dipilih karena Cilincing disebut sebagai salah satu wilayah dengan kasus judol tertinggi, menurut data PPATK.